Kamis, 23 Februari 2012

SEJARAH ISTANA BOGOR


Istana Bogor, Sejarah Tiga Abad


Istana Bogor, Sejarah Tiga Abad
HIMPALAUNAS.COM, BOGOR - Berada di posisi strategis di jantung kota, berdiri kokoh sejak tahun 1744, menjadikan Istana Bogor seperti inti bumi keberadaan Kota Bogor yang tak terpisahkan.
Tekstur bangunan bergaya Eropa dengan warna putih mendominasi penampilannya memperlihatkan kesucian sejarah yang ditorehkan dalam perjalanan waktu menembus dimensi peradaban hidup bangsa Indonesia.
Keberadaanya tidak hanya penting bagi sejarah bangsa, dijadikannya sebagai Istana Kepresidenan membuktikan bahwa bangunan bersejarah tersebut menjadi kebanggaan yang pantas untuk diagungkan dan dijaga kelestariannya.
Pada 1 Januari 1950, Istana Bogor resmi diambil alih pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno, menjadikannya sebagai Istana Kepresidenan atau pusat pemerintahan menggusur fungsi awalnya sebagai tempat pensanggrahan yang di era kini lebih dikenal sebagai villa.
Dalam fungsinya sebagai Istana Kepresidenan, bangunan yang memiliki luas 1,5 hektar begitu angkuh berdiri dengan keelokan tampilan gedung yang menyimpan ratusan benda-benda seni bersejarah berusia hampir sama dengan tahun berdirinya bangunan.
Awalnya Buitenzorg, begitu ia (Istana Bogor-red) dipanggil pada zamannya dibangun pada era pemerintahan Gubernur Jendral Belanda bernama G.W. Baron van Imhoff.
Sebagai pemimpin kompeni yang memiliki banyak perkebunan untuk dijajah, G.W. Baron van Imhoff menginginkan sebuah tempat peristirahatan, menghilangkan penat dan kejengahannya selama memimpin Batavia (Jakarta tempo dulu).
"Gubernur Baron memiliki perkebunan teh di Cianjur, ia sering bolak-balik dari Batavia ke Cianjur untuk mengawasi perkebunan. Lalu dia berinisiatif membangun tempat peristirahatan menghindari kemacetan di Batavia," papar Junaidi, salah seorang penjaga istana menuturkan sebait kisah terbentuknya Istana Bogor.
Junaidi menuturkan bait-bait sejarah yang masih dikenangnya, arti nama Buitenzorg sesuai dengan fungsinya yang berarti bebas masalah atau kesulitan dibangun mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris.
Proses pembangunan gedung itu dilanjutkan oleh Gubernur Jendral yang memerintah selanjutnya yaitu Gubernur Jendral Jacob Mossel yang masa dinasnya 1750 - 1761.
Sejarah memang tidak selamanya mengalir berirama dalam perjalannya menembus lorong waktu bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 28,8 hektar itupun pernah mengalami jatuh bangun.
Buitenzorg sempat mengalami rusak berat sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti Kompeni, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang, yang disebut Perang Banten 1750 - 1754.
Namun, serangan itu tidak membuatnya bergeming. Pada masa Gubernur Jendral Willem Daendels (1808 - 1811), pesanggrahan tersebut direnovasi. Ia diperluas dengan memberikan penambahan ke sebelah kiri gedung maupun sebelah kanannya. Gedung induknya dijadikan dua tingkat. Halamannya yang luas juga dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal.
"Hingga kini jumlah rusa tutul yang ada mencapai 860 ekor," kata Junaidi mencoba menghitung.
Kemudian, lanjut pria yang sudah 22 tahun mengabdi sebagai penjaga Istana. Pada masa pemerintahan Gubernur Jendal Baron van der Capellen (1817 - 1826), dilakukan perubahan besar-besaran.
Istana dipugar semakin megah, dengan menambah sebuah menara di tengah-tengah gedung induk, sedangkan lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Mei 1817.
Kemegahannya tidak berlangsung lama, sebuah gempa bumi berkekuatan penuh cukup mampu meluluhlantakkan bangunan yang ada di Pulau Jawa pada 10 Oktober 1834 menjadikan gempa pertama yang membuat Buitenzorg hancur untuk pertama kalinya.
Namun, karena kegemaran bangsa kompeni yang menginginkan sebuah tempat peristirahatan, pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Albertus Yacob Duijmayer van Twist (1851 - 1856), Buitenzorg kembali dibangun dengan merubuhkan seluruh bangunan lama sisa gempa.
Mengambil arsitektur Eropa Abad IX, bangunan baru satu tingkat didirikan. Perubahan lainnya adalah dengan menambah dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung.
Bangunan istana baru terwujud secara utuh pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montager (1856 - 1861). Dan pada pemerintahan, selanjutnya tepatnya tahun 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jendral Belanda.
"Menurut informasi sejarah, sekitar 37 Gubernur Jendral Belanda pernah mengisi bangunan ini," kenang Junaidi.
Sejarah kembali berlanjut, tahun 1942 penjajahan Belanda tunduk setelah ditaklukan Jepang. Bangsa Indonesia kembali dijajah oleh bangsa samurai.
Berbeda dengan pendahulunya yang menjajah hampir 3,5 abad. Di bawah kepemimpinan Jenderal Imamura, Buitenzorg diambil alih dan dijadikan sebagai basis militer tentara Jepang.
Selama 3,5 tahun Jepang menjajah, semua peninggalan bangsa Belanda yang tertinggal seolah tak rela dimiliki rakyat Indonesia dirusak oleh negeri Matahari terbit itu.
Pemerintah Jepang juga pernah ingin menghancurkan Kebun Raya Bogor yang dibangun para peneliti Belanda dijadikan sebagai alat persenjataan dengan menebang pohon-pohon yang sudah tertanam.
"Namun peneliti Jepang mengatakan kepada Jenderal-nya, kalau pohon-pohon ini sangat penting untuk kelangsungan kota. Sehingga pemerintah Jepang tidak jadi merusaknya," kenang Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan (PKM) Kebun Raya Bogor-LIPI, Mustaid Siregar.(***)